Ketua Tim Penggerak Pusat Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP. PKK) Kab HSS Hj. Isnaniah Achmad Fikry didampingi Wakil Ketua I TP. PKK Kab. HSS Srie Astuti Syamsuri Arsyad mengikuti Webinar dengan tema Ibu Cerdas & Terampil “Siapkan Makanan Beragam, Bergizi, Sehat dan Aman” yang digelar TP. PKK Pusat, bertempat di Aula Sekretariat TP. PKK Kab. HSS. Kamis(02/12/2021)

Dengan narasumber Dr. Susianto Tseng. Webinar tersebut membahas tentang gaya hidup sehat dan diet nabati.
Beliau mengungkapkan beberapa statement tentang diet nabati, dari hasil penelitian dan praktik di lapangan ditemukan bahwa diet nabati bisa memenuhi kaedah gizi seimbang, cukup baik dalam beberapa hal seperti penurunan kadar gula, dan penurunan berat badan. Pola makan diet nabati dapat memenuhi kebutuhan makanan gizi seimbang, makanya disebut diet nabati itu sehat, cukup gizi, dan bahkan memiliki manfaat pada kesehatan kita dalam pencegahan, bahkan beberapa treatment penyakit.
Diet nabati yang diatur secara baik, tidak hanya cocok untuk kelompok umur tertentu, tetapi bisa memenuhi kebutuhan gizi untuk semua state life cycle (gizi dalam daur hidup) untuk standard kesehatan yang baik melalui pola makan diet nabati, bagi ibu hamil, ibu menyusui, bayi (anak dibawah 12 bulan), orang lansia dan atlet.
“Kita bisa melihat manfaat gizi dari pola makan diet nabati. Biasanya memiliki kadar kolesterol lebih rendah, begitu juga lemak jenuh yang lebih rendah, tingkat serat makanan lebih tinggi, antioksidan, phytochemicals zat (senyawa) kimia alami yang mempunyai kemampuan bersifat antioksidan terdapat dalam nabati, biasanya terdapat dalam sayur-sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan terutama dalam kacang kedelei, juga olahannya seperti tahu dan tempe,” ucap Dr. Susianto
Lebih lanjut beliau menyebut, produk pangan berkualitas tinggi yang sangat berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat yakni tempe.
DR Susianto sangat concern terhadap tempe. Menurutnya, masyarakat Indonesia hingga kini masih meremehkan tempe. Bahkan tempe masih dianggap sebagai makanan orang-orang berstatus sosial rendah atau miskin. Padahal sejarah tempe di Kitab Serat Centhini (Jawa Kuno), menceritakan pada abad XVII tempe merupakan makanan raja-raja di istana kerajaan.
(KOMINFO/HSS/SR/2021)